Peran PAI di Momen Idhul Fitri
Gegap gempita Idhul fitri 1446 H masih kental terasa meski sudah terlawat.
Momen penting bagi ummat muslim itu, telah disambut kemudian dirayakan dengan khidmat.
Setelah sebulan penuh merawat nafsu memupuk amal, tibalah saat perayaan besar yang biasa disebut hari lebaran hari kemenangan dengan ornamen khasnya itu.
Yakni saling memaafkan, saling berkunjung, kemudian saling mendoakan merupakan karakter khas bangsa kita yang wajib dilestarikan.
Dalam acara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Jakarta Selatan Selasa (08/04/2025), secara khusus President Republik Indonesia Prabowo Subianto, mengapresiasi seluruh pihak terkait dalam menyambut momen lebaran.
Terbukti arus mudik dan arus balik berjalan lancar, bahkan angka kecelakaan turun sebanyak 30 persen dibanding tahun lalu.
Artinya, dengan kesadaran penuh bangsa Indonesia menyambut Idhul fitri dengan tertib sesuai aturan pemerintah,
kemudian Pemerintah dengan segala kemampuannya mengerahkan energi untuk mengamankan momen tahunan ini.
Potret itulah yang dianggap sebagai baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur. Aamin
Di lain kesempatan, Prof Abdul Mu’ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Indonesia (Mendikdasmen) dalam khutbahnya setelah sholat ‘ied di MI Muhammadiyah Bae Kudus, mengajak umat muslim untuk memanfaatkan momen lebaran untuk menahan amarah dan mengelola nafsu demi keberkahan hidup.
Agar tidak hanya menjadi seremonial tahunan, siasat memanfaatkan momen demi kebaikan diri dan lingkungan memang penting.
Fitrahnya manusia itu bertumbuh.
Jika hari ini sama dengan hari kemarin, maka itu sama dengan merugi.
Idhul Fitri selayaknya dijadikan sebagai momen refleksi diri. Direnungkan kembali apa yang telah dilewati.
Prof Mu’ti menegaskan bahwa keberhasilan dalam menyambut hari lebaran bukan dinilai seberapa banyak kuantitas ibadah di bulan Ramadhan.
Lebih dari itu, keberhasilan umat muslim adalah istiqamah atau konsisten dalam menerapkan nilai-nilai luhur kehidupan.
Diakui lebaran ini cukup special, karena dua organisasi Islam besar di Indonesia (Nahdlatul ulama’ dan Muhammadiyah) menentukan hari lebaran secara bersamaan.
Sehingga ukhuwah Islamiyyah terasa begitu hangat.
Hidup Untuk Belajar
Refleksi diri mungkin bisa dirumuskan dengan cara mengamati setiap ornamen khas Idhul Fitri, kemudian diambil hikmah sisi positifnya.
Minimal perayaan itu dapat dilihat di daerah penulis di Demak Jawa Tengah.
Pertama, ziarah ke makam di puasa terakhir atau di hari pertama lebaran. Tradisi ini mengajarkan ummat untuk tetap ingat akan alam kubur, mengimani hal ghaib dan mendoakan para pendahulu kita.
Kedua, malam takbir keliling sebagai wujud penyambutan keliling desa dengan melafazkan takbir.
Ketiga, zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan kepada setiap individu baik laki-laki maupun perempuan dengan ketentuan yang berlaku, mengajarkan berbagi mensucikan harta.
Keempat, sholat Idhul Fitri berjamaah di masjid atau dilaksanakan di lapangan terbuka kemudian dilanjut saling berjabat tangan.
Kelima, sungkem ke sanak keluarga terdekat dilanjut keliling ke rumah tetangga, untuk silaturrahmi saling maaf memaafkan.
Dari sekian adat di atas, banyak sisi positif yang dapat diambil hikmah pembelajaran hidup.
Sejatinya hidup itu untuk belajar, jika tidak belajar maka harus siap tertinggal.
Sangat jelas dalam al-Qur’an tertulis, siapa yang mendatangi ilmu maka derajatnya akan terangkat (Qs al-Mujadalah : 11).
Uri-uri budaya juga termasuk cerminan kehidupan yang luhur, agar tetap lestari hingga ke generasi berikutnya.
Pendidikan Karakter
Begitu banyak nilai luhur yang dapat dipelajari dalam momen lebaran. Terkhusus untuk para pelajar, Idhul fitri dapat menjadi sarana pembelajaran dalam pembentukan karakter Pendidikan.
Pendidikan Agama Islam (PAI) menawarkan beragam teori kuat berdasar al-Qur’an dan Hadist, dan momen hari lebaran bisa menjadi library memperkuat ilmu, menerapkan teori, dan mengunduh hasilnya.
Pendidikan karakter dapat dipahami mulai dengan mengartikan karakter sebagai tabiat dan kebiasaan
Sehingga secara keseluruhan Pendidikan Dalam buku Pendidikan Karakter oleh Doni Koesoema, bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengacu pada proses penanaman nilai, berupa pemahaman dan tata cara merawat nilai, serta kesempatan siswa dalam menerapkan nilai tersebut.
Sederhananya, pendidikan karakter berupa teori, pembelajaran teori, kemudian realisasi teori berdasar pada nilai luhur.
Dalam khazanah Pendidikan agama Islam, tentu tidak lupa dengan tokoh besar seperti Imam Ghazali, Ibnu taymiyyah, al-Farabi, Imam al-Bukhari, al-Khawarizmi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, dan Imam empat madzhab, serta tokoh besar lainnya.
Melalui jasa beliau yang ikhlas atas nama jihad, peradaban Islam pun bersinar dan harum hingga masa kini.
Dengan tekad kuat, atas nama Allah semoga bermunculan ilmuan islam baru di era zaman akhir ini, bismillah.Pendidikan Agama Islam (PAI) hadir kemudian berperan dalam momentum hari raya Idhul Fitri, dengan cara menerapkan nilai luhur Pendidikan karakter.
Pendidikan karakter sangat dekat dengan tujuan diutusnya Nabi Muhammad dalam mengajarkan ummat berhijrah dari masa jahiliyah.
Kita dapat mempelajari nilai dari sifat wajib rasul, yakni Sidhiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), tabligh (penyampai wahyu), dan fathonah (pandai).
Ridwan, S.Pd Guru SDN KOTAKAN 1 Karanganyar Demak