DPRD Soroti Dampak Banjir Semarang, Pompa Air dan Drainase Jadi Fokus Perbaikan

SEMARANG – Hujan deras yang mengguyur Kota Semarang selama lebih dari sepekan terakhir kembali memunculkan persoalan klasik: banjir.

Dari Genuk hingga Muktiharjo Kidul, air menggenang hingga berhari-hari, membuat warga kesulitan beraktivitas.

Di balik genangan itu, muncul pula keprihatinan dan evaluasi tajam dari kalangan wakil rakyat, yang menilai masalah banjir tak cukup dihadapi dengan solusi sementara.

Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang, Nunung Sriyanto, menyebutkan banjir yang melanda terutama di wilayah timur kota telah sangat mengganggu kehidupan masyarakat.

Daerah yang paling parah terdampak meliputi Genuk, Tambakrejo, Trimulyo, dan Muktiharjo Kidul.

Menurutnya, luapan air kini terjadi lebih cepat meski hujan turun hanya dalam hitungan jam.

loading...

Hal itu disebabkan oleh perubahan arah aliran air dari wilayah atas yang kini mengalir lebih lancar ke hilir setelah dilakukan normalisasi di jembatan Nogososro.

“Debit air dari atas sekarang mengalir sangat cepat ke bawah karena jembatan-jembatan di kawasan itu sudah ditinggikan. Akibatnya, justru terjadi luapan air di satu titik, terutama di wilayah Muktiharjo Kidul,” ujar Nunung, Jumat (31/10/2025).

Baca Juga  Perawat Gugur Melawan Covid-19, Tenaga Medis Kabupaten Jepara Kenakan Pita Hitam

Ia menjelaskan, air kiriman dari hulu seharusnya dapat langsung mengalir ke laut.

Namun, keberadaan sabuk pantai menyebabkan aliran air tertahan dan bergantung pada pompa air yang kapasitasnya masih terbatas.

“Pemerintah sebenarnya sudah berupaya mengatasi hal ini dengan membangun embung dan sabuk pantai. Progresnya terus berjalan, dan ditargetkan pada 2027 embung dapat berfungsi optimal,” paparnya.

Politikus Partai Gerindra dari Dapil Semarang Timur ini juga mengapresiasi langkah cepat Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, yang turun langsung meninjau lokasi banjir.

“Ibu Wali luar biasa. Hampir setiap hari beliau turun ke lapangan, bahkan hingga dini hari memantau kondisi di Muktiharjo,” katanya.

Nunung menambahkan, kendala utama penanganan banjir masih terletak pada pompa air yang belum berfungsi maksimal.

Baca Juga  Polres Kendal Gelar Operasi Patuh Candi 2025, Kapolres Tekankan Pendekatan Humanis

“Beberapa pompa masih mengalami kendala teknis dan butuh perbaikan. Pemerintah kota sudah memprioritaskan pembenahan pompa agar kawasan rawan banjir bisa cepat kering,” jelasnya.

Ia berharap pembangunan embung besar di Kaligawe dan Genuk bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menampung air kiriman dari wilayah atas sehingga potensi banjir berkurang signifikan.

“Untuk banjir tahun ini sebenarnya sudah lebih baik dari sebelumnya. Di Tlogosari misalnya, genangan tidak separah tahun 2024 lalu. Namun Muktiharjo masih menjadi tumpuan air dari berbagai wilayah,” ujarnya.

Selain itu, Nunung menilai sistem drainase di beberapa kawasan belum terintegrasi dengan baik.

Banyak saluran air tertutup bangunan pribadi dan tempat usaha sehingga menghambat aliran air.

“Di pinggir Kali Tlogosari Kulon misalnya, banyak saluran yang tertutup. Padahal kalau lancar, air bisa cepat surut. Ini perlu penertiban karena dampaknya dirasakan masyarakat luas,” tegasnya.

Nunung juga meminta Pemkot Semarang terus memantau tingginya sedimentasi di sejumlah saluran air.

Baca Juga  1.411 Unit Rumah Tak Layak Huni Diperbaiki Pemkot Magelang, Yang Belum Masih 3.296

Ia mengapresiasi kerja Dinas Pekerjaan Umum (DPU) yang rutin melakukan pembersihan dan pengerukan.

“Saya optimistis upaya pemerintah kota dengan dukungan pemerintah pusat akan membawa hasil nyata. Target dalam RPJMD tahun 2027, yaitu Semarang bebas banjir, semoga benar-benar terwujud,” pungkasnya.