Kemarau Panjang di Gunungkidul: Peternak Berjuang Pertahankan Ternak di Tengah Krisis Pakan

GUNUNGKIDUL, JURNALJATENG.id – Musim kemarau yang panjang sejak Juni hingga kini seringkali memukul sektor pertanian dan peternakan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Para petani dan peternak menghadapi krisis pakan yang semakin parah, memaksa mereka mencari berbagai cara untuk menjaga ternak tetap hidup di tengah keterbatasan.

Petani Mulai Membeli Pakan Ternak

Pada musim hujan, biasanya para petani menanam rumput gajah dan memanfaatkan daun kacang tanah, jagung, dan ketela pohon sebagai pakan ternak.

Namun, memasuki musim kemarau yang berkepanjangan, stok pakan alami tersebut menipis, membuat petani harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pakan tambahan.

Eko, seorang petani di kapenawon Semanu, mengungkapkan bahwa dirinya telah mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan ternaknya. “Kula sampun tumbas godong thelo enem atus ewu wulan niki,” ucapnya, merujuk pada pembelian daun ketela pohon seharga enam ratus ribu rupiah demi memberi makan dua sapi dan dua kambingnya.

Baca Juga  Pakde Bas Bagikan 1.000 Paket Sembako Bentuk Kepedulian Pada Orang Yang Tak Mampu

Pasar Pakan di Semanu Makin Ramai

loading...

Krisis ini membawa berkah bagi sebagian orang, terutama para penjual pakan ternak di pasar hewan Kapanewon Semanu.
Permintaan yang meningkat drastis membuat harga pakan seperti rumput gajah dan batang jagung melonjak.

Salah seorang penjual mengatakan, “Niki regine sepuluh ewu setunggal bongkok,” mengisyaratkan harga satu ikat batang jagung yang mencapai sepuluh ribu rupiah.

Bagi penjual, musim kemarau ini justru menjadi peluang bisnis. Dengan pasokan pakan yang terbatas dan permintaan tinggi, mereka dapat menjual pakan ternak dengan harga lebih tinggi dan memperoleh keuntungan yang cukup besar.

Baca Juga  Polres Kendal Ungkap Kasus Penganiayaan Dalam Waktu 1X24 Jam

Ternak: Simpanan Berharga

Di balik kesulitan yang dihadapi, petani dan peternak tetap melihat ternak sebagai investasi jangka panjang yang berharga.

Ternak kerap menjadi “tabungan hidup” yang dapat diandalkan saat kebutuhan mendesak, seperti biaya pendidikan atau keperluan keluarga lainnya.

Meskipun musim kemarau kali ini membawa tantangan berat, masyarakat Gunungkidul tetap menunjukkan ketangguhan.

Dengan semangat pantang menyerah, mereka berusaha mempertahankan ternak yang menjadi sumber penghidupan utama di tengah kondisi sulit.

foto : Kondisi lahan pertanian di Gunungkidul Saat kemarau

(ANTOK/JJID)