Paus Fransiskus dan Ajaran Nilai Kesederhanaan di Era Modern

Oleh: Sariyanto

JURNALJATENG.id – Di tengah dunia yang sering kali terobsesi dengan kemewahan dan penampilan glamor, gaya hidup yang megah tampaknya menjadi simbol status yang banyak dijunjung tinggi.

Namun, di negara dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi seperti Indonesia, di mana banyak orang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, budaya pamer dan kemewahan tampak semakin tidak sesuai dan mencolok.

Gaya hidup mewah yang sering ditampilkan oleh segelintir orang kaya bertolak belakang dengan realitas kehidupan sehari-hari sebagian besar masyarakat yang masih belum sejahtera.

Dalam konteks ini, kehadiran Paus Fransiskus dengan pilihan hidupnya yang sederhana menjadi sorotan yang relevan dan memberikan pelajaran penting.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia baru-baru ini menyajikan pesan penting tentang kesederhanaan dan kerendahan hati di tengah budaya glamour dan pamer yang mendominasi masyarakat saat ini.

Paus Fransiskus, dengan gaya hidupnya yang sederhana, telah menunjukkan bahwa kemewahan bukanlah ukuran dari status atau kehormatan.

loading...

Pilihan beliau untuk menggunakan mobil sehari-hari yang umum digunakan warga, menginap di Kedutaan Besar Vatikan, dan terbang dengan pesawat komersial, menunjukkan sikap yang penuh makna dan integritas.

Kesederhanaan Menantang Budaya Kemewahan

Kehadiran Paus Fransiskus yang menolak fasilitas mewah menunjukkan bahwa kesederhanaan adalah alternatif yang sangat relevan di dunia modern.

Meskipun banyak orang terjebak dalam obsesi terhadap barang-barang mahal dan penampilan glamor, tindakan Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa hidup sederhana bisa menjadi pilihan yang lebih bermakna.

Kesederhanaan beliau memperlihatkan bahwa nilai seseorang tidak terletak pada materi, tetapi pada integritas dan perhatian terhadap sesama.

Baca Juga  Memperkuat Komitmen Pasangan Suami Istri Gembala Jemaat

Kemewahan dan Korupsi di Indonesia

Di Indonesia, kemewahan yang berlebihan sering kali menciptakan jurang sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin.

Kesenjangan ini diperburuk oleh kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik dan pengusaha, yang menggelapkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. Menurut data dari Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada tahun 2022 berada pada skor 34 dari 100, menempatkan Indonesia pada peringkat 110 dari 180 negara.

Hal ini menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi masalah serius di Indonesia, terutama di kalangan pejabat publik.

Beberapa kasus besar yang melibatkan korupsi di Indonesia mencakup skandal yang merugikan negara hingga triliunan rupiah, serta kasus suap dan gratifikasi yang melibatkan pejabat tinggi, termasuk menteri, anggota DPR, dan kepala daerah.

Korupsi ini tidak hanya memperburuk kesenjangan sosial, tetapi juga menghambat pembangunan ekonomi dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2023, tingkat kemiskinan Indonesia tercatat sebesar 9,36%, atau sekitar 25,9 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan.

Meskipun ada penurunan dibandingkan dengan masa pandemi COVID-19, angka kemiskinan ini masih menunjukkan ketimpangan yang signifikan, terutama di daerah pedesaan dan wilayah terpencil.

Di daerah pedesaan, persentase kemiskinan mencapai 12,32%, lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan yang berada di angka 7,29%.

Baca Juga  Perubahan Nama Kampus ATEM Menjadi STIKES Semarang

Selain itu, Indonesia juga menghadapi kemiskinan ekstrem yang diukur sebagai mereka yang hidup dengan kurang dari USD 1,90 per hari.

Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka kemiskinan hingga pada tahun 2024 melalui berbagai program sosial, tetapi tantangan yang dihadapi, seperti ketidaksetaraan distribusi sumber daya, akses ke pendidikan, dan layanan kesehatan, tetap signifikan.

Dalam konteks ini, kesederhanaan Paus Fransiskus menjadi pengingat penting tentang pentingnya keadilan sosial dan tanggung jawab.

Melalui teladan beliau, kita diundang untuk mempertimbangkan kembali nilai-nilai kita dan berupaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan lebih fokus pada kesejahteraan kolektif daripada kemewahan individual.

Saran bagi Para Pemimpin

Pelajaran kesederhanaan dari Paus Fransiskus bukan hanya relevan bagi masyarakat umum, tetapi juga harus menjadi refleksi bagi para pemimpin agama dan politisi.

Di tengah meningkatnya ketidaksetaraan ekonomi dan maraknya gaya hidup mewah di kalangan elit, para pemimpin agama dan politisi memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan teladan yang baik.

Dalam posisi mereka sebagai figur publik, mereka seharusnya tidak hanya memprioritaskan kepentingan pribadi atau materi, tetapi juga menunjukkan sikap yang mencerminkan kerendahan hati, integritas, dan pelayanan kepada masyarakat.

Teladan Moral dalam Kehidupan Sederhana

Para pemimpin agama memiliki peran penting dalam mempengaruhi kehidupan moral dan spiritual masyarakat. Dengan mencontoh kesederhanaan seperti yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus, mereka dapat mengajarkan kepada umat tentang pentingnya hidup yang lebih fokus pada makna dan kebajikan, daripada kemewahan dan status.

Gaya hidup sederhana seorang pemimpin agama dapat memberikan inspirasi bagi umat untuk mengadopsi nilai-nilai yang lebih mendalam, serta lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitar mereka, termasuk kemiskinan dan ketidakadilan.

Baca Juga  Pandangan Etika Kristen terhadap Aborsi

Pemimpin dengan Integritas dan Pelayanan kepada Masyarakat

Bagi politisi, kesederhanaan bukan hanya soal penampilan, tetapi juga tentang kebijakan dan tindakan nyata. Gaya hidup yang bersahaja dapat mencerminkan kepedulian terhadap rakyat dan menunjukkan bahwa kepemimpinan yang baik tidak tergantung pada status materi.

Dengan menolak kemewahan yang tidak perlu dan berfokus pada pelayanan publik, politisi dapat membangun kepercayaan masyarakat dan membuktikan bahwa jabatan mereka adalah untuk melayani, bukan untuk memperkaya diri.

Selain itu, mereka harus menjadi contoh dalam memerangi korupsi dan mengupayakan keadilan sosial.

Dengan demikian, baik pemimpin agama maupun politisi dapat mengambil pelajaran berharga dari kesederhanaan Paus Fransiskus. Yaitu untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, empatik, dan berfokus pada kesejahteraan bersama.(***)