Protes Massa Tuntut Keadilan atas Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang
Semarang, Jurnaljateng.id –Kasus penembakan yang menewaskan Gamma Rizky Oktavia, siswa SMKN 4 Semarang, oleh aparat kepolisian memicu gelombang protes di Semarang.
Puluhan mahasiswa, pelajar, dan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil dan Mahasiswa Semarang menggelar aksi di depan gerbang Polda Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Kamis 28 November 2024.
Aksi tersebut merupakan bentuk protes dan kekecewaan terhadap tindakan aparat yang diduga melanggar hukum.
Koordinator aksi dari LBH Semarang, Mohammad Syafali, menyatakan bahwa demonstrasi ini dihadiri berbagai elemen masyarakat sebagai solidaritas terhadap keluarga korban.
“Kami menuntut proses hukum yang adil dan transparan terhadap pelaku serta reformasi menyeluruh di tubuh kepolisian,” ujar Syafali.
Protes Menuntut Keadilan juga disampaikan Aliansi Masyarakat yang tergabung dalam Aksi Kamisan yang mengecam keras atas tindakan aparat yang dinilai brutal.
Salah satu pengunjuk rasa, Amin Muqtafa, menyebut insiden tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.
“Siswa ini seharusnya dilindungi, bukan menjadi korban kebrutalan aparat. Persoalan senggolan mobil tak seharusnya berujung pada penembakan,” ungkap Amin.
Amin menambahkan, tindakan ini mencerminkan lemahnya pengawasan internal kepolisian.
“Polisi seharusnya menjadi pelindung, bukan ancaman. Ini adalah masalah moral dan hukum yang tidak bisa diabaikan,” tegasnya
.Desakan untuk Reformasi selain menuntut keadilan, massa mendesak pemerintah untuk mereformasi institusi kepolisian, khususnya di wilayah Polrestabes Semarang.
LBH Semarang meminta transparansi dalam proses hukum dan pembentukan tim pencari fakta independen untuk menggali kebenaran.
“Kami juga mendorong pemberian restitusi kepada keluarga korban dan perlindungan kepada saksi dari intimidasi,” jelas perwakilan LBH Semarang.
Dalam aksi tersebut, massa juga mengecam narasi yang menyebut korban sebagai anggota gangster.
“Kami sudah mengecek langsung ke keluarga, dan tuduhan tersebut tidak berdasar. Polisi terlalu mudah membalikkan fakta,” ungkap Amin.
Harapan untuk Masa Depan massa aksi menyerukan agar insiden seperti ini tidak terulang.
Mereka menuntut aparat kepolisian menggunakan kewenangan secara bertanggung jawab.
“Senjata bukan alat untuk mengintimidasi, apalagi membunuh rakyat,” tutup Amin.
Aksi yang berlangsung damai ini menjadi simbol kekecewaan masyarakat terhadap institusi kepolisian dan harapan akan perubahan sistemik di masa depan.