BERTUTUR, MERAWAT BUDAYA BACA SEJAK DINI

Di era digital yang serba instan, kegiatan bertutur tampak seperti artefak masa lalu yang mulai terpinggirkan.

Namun, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Blora membalikkan asumsi itu melalui “Lomba Bertutur” yang digelar 6–7 Mei 2025 baru-baru ini.

Acara yang diikuti oleh siswa-siswa SD/MI ini bukan sekadar ajang kompetisi, tetapi wahana penting membangun budaya literasi dan karakter generasi penerus bangsa.

Sebuah inisiatif yang layak diapresiasi tinggi karena merawat tradisi lisan sekaligus memperkuat kebiasaan membaca.

Kegiatan ini menjadi jembatan yang menghubungkan anak-anak dengan kekayaan cerita rakyat, legenda, dan nilai-nilai moral luhur yang diwariskan turun-temurun.

Dalam narasi yang mereka sampaikan, tersimpan kearifan lokal yang mengakar dan memberi identitas.

Bertutur bukan hanya soal berbicara di depan umum, tetapi juga proses internalisasi nilai, penanaman empati, dan penguatan kepercayaan diri.

loading...

Anak-anak diajak bukan hanya menjadi pembaca, tetapi juga pencerita yang memahami isi dan pesan bacaan.

DPK Blora melalui event ini membuktikan bahwa perpustakaan bukan hanya tempat menyimpan buku, tapi juga ruang hidup yang membentuk manusia berpengetahuan dan berbudaya.

Inilah makna baru dari literasi: menghidupkan cerita dalam jiwa anak-anak.

Baca Juga  KPU Kendal Distribusikan Logistik Pilkada 2024

Anak sebagai Subjek

Dengan dekorasi panggung yang semarak, ornamen balon warna-warni, dan mobil-mobilan edukatif, atmosfer kegiatan ini dibuat menyenangkan dan bersahabat bagi anak.

Pendekatan psikologis ini patut dipuji karena menempatkan anak sebagai subjek, bukan sekadar peserta.

Ada rasa bangga saat menyaksikan para siswa tampil percaya diri membawakan cerita pilihan mereka.

Mereka tak sekadar membaca ulang, tetapi menginterpretasi cerita itu dengan ekspresi, intonasi, dan bahasa tubuh yang menggugah.

Upaya DPK Blora ini selaras dengan semangat Gerakan Literasi Nasional.

Sebab, bertutur adalah cara paling alami dan menyenangkan untuk menanamkan minat baca sejak dini.

Di dalamnya terkandung strategi literasi yang humanis dan kontekstual.

Ketika anak berlatih bertutur, mereka sejatinya juga berlatih berpikir kritis, menyusun alur logika, memilih diksi yang tepat, dan mengolah emosi.

Ini adalah soft skill yang akan sangat bermanfaat dalam kehidupan mereka kelak, baik di sekolah maupun masyarakat.

Lomba Bertutur ini juga menjadi momen membentuk memori positif anak terhadap perpustakaan.

Anak tidak akan menganggap perpustakaan sebagai tempat yang membosankan, tapi sebagai ruang kreatif yang menyenangkan.

Selain itu, kegiatan ini memperlihatkan bahwa sinergi antara pendidikan formal dan lembaga literasi daerah sangat mungkin diwujudkan.

Baca Juga  Beberapa Temuan Hewan Kurban Dijual Dalam Kondisi Sakit

DPK Blora membangun ekosistem pendidikan yang melibatkan sekolah, orang tua, dan komunitas.

Kegiatan ini memberi inspirasi bahwa kemajuan literasi tidak harus bergantung pada teknologi tinggi.

Cukup dengan cerita, panggung sederhana, dan semangat kebersamaan, literasi bisa tumbuh dengan kuat dari akar.

Duta Literasi

Refleksi mendalam dari kegiatan ini ialah bahwa membaca dan menceritakan kembali bukan kegiatan elitis.

Ia dapat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak, terutama jika diberi ruang, bimbingan, dan penghargaan.

Anak-anak yang bertutur di panggung bukan hanya sedang mengikuti lomba.

Mereka sedang menjadi duta-duta kecil literasi, penjaga cerita, sekaligus pemelihara nilai-nilai luhur yang mulai tergerus zaman.

DPK Blora telah memberi contoh baik bagaimana program daerah bisa memiliki dampak luas jika dilakukan dengan hati dan strategi.

Bukan hanya prestasi yang diraih, tetapi juga proses edukatif yang penuh makna.

Mari kita doakan agar kegiatan seperti ini terus berlanjut, bahkan lebih berkembang, menjangkau lebih banyak sekolah dan anak-anak.

Sebab dari cerita-cerita yang mereka sampaikan hari ini, akan lahir pemimpin-pemimpin bijak esok hari.

Baca Juga  610 Warga Terima Kartu Jateng Sejahtera,Ini Kata Bupati kendal

Di tengah derasnya arus informasi yang acap kali menyesatkan, anak-anak yang pandai bertutur akan menjadi pembaca yang cerdas, komunikator yang tangguh, dan pewaris budaya yang berdaya. Itulah esensi dari pendidikan sejati.

Gunawan Trihantoro, Ketua Perkumpulan Penulis Satupena Kabupaten Blora, dan Sekretaris Era AI Jawa Tengah