Peran Pemimpin Umat dalam Menghadirkan Kasih Allah

Oleh: Dr. Sariyanto, S.Pd.K., M.Th.

Ilustrasi : Pelayanan pembasuhan Kaki. (Suber : stock.adobe.com)

JURNALJATENG.id – Pelayanan jemaat dalam konteks gereja modern berakar dari tradisi pelayanan di Perjanjian Lama, di mana suku Lewi dan imam-imam keturunan Harun bertugas melayani di Bait Allah. Dalam perkembangannya, pelayanan jemaat di gereja Kristen mencakup berbagai aspek, seperti pengajaran, persekutuan, ibadah, dan diakonia (pelayanan sosial).

 Tujuan Pelayanan Umat

Tujuan utama dari pelayanan ini adalah membangun dan memelihara tubuh Kristus melalui cinta kasih, kerendahan hati, dan pengorbanan, sebagaimana diteladankan oleh Yesus Kristus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani (Matius 20:28).

Pelayanan jemaat juga menjadi sarana untuk mengekspresikan iman, memperkuat komunitas gereja, serta membawa dampak positif bagi masyarakat luas, terutama dalam mengatasi kebutuhan fisik dan rohani.

Pelayanan dalam konteks Perjanjian Lama memiliki makna yang mendalam dan beragam, terutama dalam hubungannya dengan Allah dan manusia. Dalam Kejadian 39:4, kata sharath yang berarti “melayani atau membantu sebagai asisten” menggambarkan hubungan manusia dengan manusia lain, yaitu dalam hal saling melayani.

Pelayanan ini tidak hanya sebatas hubungan horizontal, tetapi juga vertikal, di mana melayani Allah menjadi bagian dari tugas manusia. Bahkan sejak penciptaan Adam dan Hawa, manusia dipanggil untuk mengelola dunia ini dan menghadirkan kasih Allah, sebuah tugas pelayanan yang melekat erat pada sifat dasar mereka sebagai makhluk ciptaan Allah.

loading...

Pelayanan dalam Kehidupan Umat Allah

Dalam Perjanjian Lama, suku Lewi diberikan peran yang sangat khusus. Mereka tidak hanya berfungsi sebagai pelayan bagi umat Allah, tetapi juga sebagai pelayan di Bait Allah. Suku Lewi, terutama keturunan Harun, memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan berbagai ritus ibadah, termasuk mempersembahkan korban sembelihan dan menjaga pintu-pintu gerbang Bait Suci (Yeh. 44:11).

Tugas pelayanan ini tidak bisa dianggap remeh, karena mereka dipilih secara khusus oleh Allah untuk mewakili umat dalam hubungan dengan-Nya. Pelayanan ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan suku Lewi dalam menjaga kesucian ibadah dan memastikan bahwa umat tetap dalam persekutuan dengan Allah.

Baca Juga  Fransisca Juara Satu Karate Piala Pangdam, Tuhan Menjamah Hati Saya

Kesetiaan dalam Pelayanan: Teladan Zadok

Salah satu contoh utama kesetiaan dalam pelayanan ditemukan dalam kehidupan bani Zadok. Imam-imam dari bani Zadok tetap setia melayani Allah di tengah-tengah kemurtadan yang terjadi di antara umat (Yeh. 44:15).

Mereka tidak tergiur oleh suap dan bujukan kekuasaan, tetapi tetap setia pada kebenaran Allah. Kesetiaan mereka begitu berharga di mata Allah, sehingga mereka diberi hak istimewa untuk terus melayani di Bait Suci. Kesetiaan ini tidak hanya penting secara ritual, tetapi juga mencerminkan integritas moral yang tinggi.

Zadok tetap setia bahkan ketika imam-imam lain tersesat, dan inilah yang membuatnya berkenan di hadapan Allah. Keteladanan Zadok menjadi simbol kesetiaan yang harus dicontoh oleh semua pelayan Allah.

Pelayanan sebagai Tugas Suci

Pelayanan dalam Perjanjian Lama tidak hanya terbatas pada tugas-tugas ritual, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab moral yang besar.

Orang Lewi dipanggil untuk hidup kudus, sesuai dengan kekudusan Allah yang mereka layani. Ini terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari bangsa umat Allah, di mana mereka dipanggil untuk memisahkan diri dari praktik-praktik yang tidak kudus dari bangsa-bangsa sekitar mereka.

Allah menuntut kesucian dari bangsa pilihan, dan pelayanan mereka kepada-Nya haruslah dilakukan dengan sepenuh hati dan tanpa cela. Pelayanan ini melibatkan pengorbanan pribadi dan kesetiaan total kepada Allah.

Peran Imam dalam Ibadah dan Korban

Peran suku Lewi tidak hanya terbatas pada menjaga tempat kudus, tetapi juga melibatkan tugas penting dalam mempersembahkan korban. Mereka bertanggung jawab atas korban bakaran dan korban keselamatan bagi umat Allah.

Tugas ini tidak bisa dianggap ringan karena berkaitan langsung dengan pemulihan hubungan antara Allah dan umat-Nya. Pelayanan korban ini menunjukkan bahwa para imam dan Lewi memiliki peran kunci dalam mengantarkan umat ke hadapan Allah melalui korban yang melambangkan penebusan dosa.

Baca Juga  Pemdes Poncorejo Bersama Pemuda Lare Krajan Hadirkan Gus Miftah Dalam Rangka Isro Miroj dan Harlah NU 101

Tanggung Jawab dalam Pelayanan

Orang Lewi memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan tugas-tugas pelayanan, baik yang bersifat ritual maupun praktis. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga tempat kudus, mempersiapkan korban, dan melayani umat Allah.

Tanggung jawab ini menuntut kesetiaan yang tinggi, karena mereka mewakili umat di hadapan Allah. Jika mereka gagal dalam menjalankan tugas ini, dampaknya tidak hanya pada mereka sendiri, tetapi juga pada seluruh umat.

Oleh sebab itu, pelayanan orang Lewi harus dilakukan dengan kesungguhan dan ketaatan penuh.

Pelayanan sebagai Cerminan Kasih Allah

Pelayanan dalam Perjanjian Lama bukan hanya tentang ritual dan hukum, tetapi juga tentang menghadirkan kasih Allah di tengah umat-Nya. Melalui pelayanan mereka, imam-imam dan orang Lewi membantu umat untuk mendekat kepada Allah dan merasakan kasih-Nya.

Dengan melayani Allah dan umat, mereka mencerminkan kasih Allah yang setia dan penuh belas kasihan. Pelayanan mereka menjadi sarana di mana umat dapat mengalami kehadiran Allah secara nyata dalam hidup mereka sehari-hari.

Relevansi bagi Pemimpin Umat

Aplikasi pelayanan dalam jemaat modern meliputi berbagai bentuk, seperti pelayanan liturgi, pengajaran Alkitab, pendampingan pastoral, serta diakonia yang mencakup bantuan sosial dan amal. Teknologi juga telah memperluas jangkauan pelayanan melalui platform digital, memungkinkan penyebaran pesan, ibadah online, dan komunikasi yang lebih luas dengan jemaat.

Tantangan yang dihadapi dalam pelayanan saat ini mencakup keterbatasan sumber daya, kesenjangan digital di antara anggota jemaat, serta kebutuhan untuk terus menyesuaikan metode pelayanan dengan perkembangan zaman tanpa mengabaikan nilai-nilai inti gereja.

Selain itu, menjaga keseimbangan antara melayani Tuhan dan jemaat dengan tetap memperhatikan kesehatan mental dan fisik para pelayan juga menjadi tantangan yang tidak kalah pentingnya.

Baca Juga  STT Kanaan Nusantara Gandeng Persekutuan Doa Polres Semarang

Teladan dalam Melayani

Yesus Kristus mengajarkan bahwa pelayanan sejati adalah melayani dengan hati yang tulus, mengorbankan diri bagi orang lain, dan menunjukkan kasih tanpa pamrih.Sebagaimana dicontohkan dalam Yohanes 15:13, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Dalam dunia yang semakin kompleks, pemimpin umat dituntut untuk tidak hanya menjaga ritus dan tradisi, tetapi juga untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, menggunakan teknologi untuk menjangkau dan memberdayakan jemaat dengan cara yang inovatif.

Kesimpulan

Pelayanan ini tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga mencerminkan tanggung jawab moral yang besar. Kesetiaan, ketaatan, dan kekudusan menjadi fondasi utama dalam menjalankan tugas pelayanan yang berkenan di hadapan Allah.

Dalam dunia yang semakin kompleks, pemimpin umat dituntut untuk tidak hanya menjaga ritus dan tradisi, tetapi juga untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, menggunakan teknologi untuk menjangkau dan memberdayakan jemaat dengan cara yang inovatif.

Kesetiaan bani Zadok, yang menolak suap dan bujukan kekuasaan demi kebenaran Allah, harus menjadi inspirasi bagi pemimpin gereja modern untuk tetap setia pada panggilan mereka, mengutamakan integritas dan kasih dalam setiap aspek pelayanan mereka. (***)