Kebersamaan dalam Iman: Oase Spiritual bagi Penyintas Kanker di Salatiga
SALATIGA, JURNALJATENG.id— Persekutuan Doa penyintas kanker Salatiga kembali mengadakan kegiatan rutin bulanan untuk memberikan dukungan spiritual dan dorongan semangat bagi para penyintas kanker.
Kegiatan ini bertujuan menguatkan mereka dalam menghadapi tantangan hidup sebagai survivor kanker.
Dengan dihadiri oleh sekitar 20 penyintas dari Salatiga dan sekitarnya, persekutuan doa kali ini mendapat apresiasi dan antusiasme yang besar dari peserta.
Inisiatif ini diprakarsai oleh David Hadi Wibisono, seorang pegiat sosial yang dikenal aktif dalam kegiatan kemanusiaan. “Kami ingin menciptakan ruang bagi para penyintas untuk saling berbagi cerita, pengalaman, dan yang paling penting, saling menguatkan dalam iman,” ujar David.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada doa, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun kebersamaan dan solidaritas di antara para penyintas kanker.
Dalam kesempatan ini, Pdt. Nella Sachli, yang juga seorang survivor kanker leukemia, membawakan renungan yang penuh inspirasi.
Ia menceritakan perjalanan panjangnya melawan kanker dengan kekuatan doa dan semangat hidup yang tak pernah padam. “Ketika kita berdoa, kita tidak hanya memohon kesembuhan fisik, tetapi juga ketenangan jiwa dan keyakinan bahwa Tuhan selalu bersama kita dalam setiap langkah,” tutur Pdt. Nella.
Kehadirannya menjadi sumber motivasi besar bagi peserta persekutuan doa yang turut merasa terberkati dengan pengalamannya.
Ibu Endah Christina, Ketua STT Berea, dan Lidya Puji Astuti, yang juga turut mengkoordinasi pelayanan dalam persekutuan ini, mengambil peran penting dalam kegiatan tersebut.
Keduanya, sebagai sesama survivor, memberikan contoh nyata bahwa dengan semangat, dukungan komunitas, serta disiplin dalam pola hidup sehat, para penyintas dapat menghadapi tantangan yang datang.
Kegiatan ini tidak hanya terbatas pada persekutuan doa. Komunitas survivor kanker Salatiga juga rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah penyintas lain yang membutuhkan dukungan, baik secara fisik maupun mental.
“Kami saling menguatkan, saling memberi dorongan agar tidak putus asa. Kanker bukanlah akhir dari segalanya. Dengan dukungan yang tepat, baik secara rohani maupun fisik, kita bisa bangkit kembali,” ujar Lidya.
Selain doa dan dukungan emosional, kesehatan fisik juga menjadi perhatian utama dalam komunitas ini. Para penyintas diajak untuk menerapkan pola makan yang sehat, dengan menekankan konsumsi makanan kaya protein rendah lemak, serat dari buah-buahan, dan sayuran.
Pendekatan holistik yang mencakup aspek rohani, emosional, dan fisik ini menjadi pilar utama dalam upaya mereka menghadapi kanker.
Persekutuan doa dan kegiatan komunitas ini telah menjadi oase spiritual bagi para penyintas kanker di Salatiga.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa melalui iman, solidaritas, dan gaya hidup sehat, mereka mampu menghadapi tantangan yang ada dengan penuh keyakinan dan harapan.
(Antok/JJid)